Total Tayangan Halaman

Senin, 31 Januari 2011

Sesuap nasi putih

Dewasa ini mencari tempat makanan yang enak di Jakarta tidak lagi sulit dicari, dimulai dari restaurant-restaurant kelas atas, hingga kafe dan makanan pinggir jalan yang enak dan dengan harga yang lebih terjangkau.
Ketika malam hari kota Jakarta begitu gemerlap. Tempat makan pinggir jalan menjadi pilihan masyarakat, bahkan tempat makan pinggir jalan itu pun ada yang menjadi tempat favourit, misal Seafood di daerah kalimati, seafood dan kerang rebus daerah kemayoran, seafood di daerah ancol, kafe2 untuk tempat nongkrongnya anak muda di daerah PIK, Ayam goreng di Pejagalan, bubur di mangga besar dll.
Makanan-makanan yang disajikan uenak dan lezat namun jg terhitung murah.
Mereka yang hadir dapat menikmati santap malam dengan sangat nikmat, bahkan sering kali karena terlalu bnyk yg dipesan sering kali harus terbuang karena tidak habis. Jika kt melihat hingar bingar ini sepertinya Indonesia sangat "Wah" !
Namun tidak banyak orang tahu dan tidak sadar, bahwa di sisi lain Indonesia ada bbrp penduduk yang begitu miskin, jangankan seafood spt yg kita makan, bahkan utk bisa makan hari ini saja mereka belum tau.. Dan tragisnya kemiskinan penduduk di sisi lain Indonesia ini harus makan nasi aking.
Nasi aking adalah nasi-nasi yang tidak habis dimakan (sisa) dan dibuang oleh orang lain, lalu dikumpulkan semua sisa2 itu lalu dibersihkan, dicuci, dan dijemur.
Lalu setelah kering dimasaka lagi oleh mereka.
Sering kali kita orang kota hanya berpikir tentang diri kita, membuang makanan yang tidak habis dengan santai tanpa rasa bersalah, dan juga kita tidak bersyukur atas pendapatan yang kita berikan untuk dibuang percuma (dibakar) "pada tahun baru atau hari2 perayaan semakin banyak uang yg dimiliki sereorang semakin banyak yg dibakar, maksud saya adalah petasan yang harganya tidak murah."
lebih syukuri ap yang kalian miliki ada uang lebih gunakan untuk menyumbang di hari perayaan saya rasa itu lebih berguna. GBU

Oleh : Nadi admaka

Jumat, 21 Januari 2011

Menangkap sisi lain buku Kartini yang berjudul Habis gelap terbitlah terang

Seperti yang kita ketahui Ra. kartini pernah menulis sebuah buku yang berisi semangat untuk bangsa Indonesia yang berjudul 'Habis Gelap Terbitlah Terang'. mungkin tidak banyak orang tahu kalu judul sebenarnya adalah 'Dari Gelap Menuju Terang'.

Kalu kita membaca judul ini maka kita akan berpikir "benar", karena judul ini beranggapan bahwa gelap=masalah atau kekelaman atau kesedihan, dan terang adalah kebahagiaan atau jalan keluar dari masalah (tapi menurut saya lebih merujuk pada kebahagiaan). Istilah pada judul ini sama dengan sebuah istilah yang juga di pakai menjadi sebuah judul lagu yang dipakai salah satu band ternama di Indonesia, istilah tersebut adalah 'Badai Pasti Berlalu'. Kedua istilah ini benar apa adanya, maksud dan tujuannya juga sangatlah positive.

Saat seseorang seddang dalam masalah biasanya temannya akan bebicara dan menghibur dengan istilah ini atau sejenisnya yang kurang lebih maksud dan tujuannya adalah sama.

Sering kali orang hanya memandang istilah seperti ini dari satu sisi 'Habis Gelap Terbitlah Terang'. Ini memang membangkitkan dan memberikan gairah untuk bangkit dari keterpurukan, namun banyak orang tidak menyadari kelanjutan dari istilah ini, kalau ada gelap menuju terang maka akan ada terang menuju gelap, kita tidak bisa pungkiri ini.

Gelap dan terang tidak pernah bisa menyatu jika ada gelap maka terang tidak di sana, jika terang muncul maka gelap akan menghindar. Istilah ini baik namun juga tetap ada sisi lainnya yang harusnya orang pahami ini. Jika ada orang yang dalam kesedihan maka bersiap-siaplah untuk menerima kebahagiaan, namun orang yang yang sedang dalam kebahagiaan maka harus juga bersiap-siap untuk menerima kesedihan.

Saya mengambil sisi lain dari istilah ini bukan untuk melemahkan namun untuk mempersiapkan.


By : Nadi admaka

Senin, 10 Januari 2011

Mirror

Setiap hari tidak dapat kita pungkiri kita selalu melakukan aktivitas, baik itu aktivitas yang kita anggap "penting" atau juga kita anggap "tidak penting". Untuk aktivitas yang kita anggap penting tentu kita selalu dan akan sangat memperhatikannya dan bahkan sangat memikirkannya, misalkan pekerjaan kita, permasalahan keluarga, target-target kehidupan, sekolah, kuliah, dll

Setiap manusia cenderung memikirkan sesuatu yang mereka anggap penting untuk mereka, setuju atau tidak setuju namun inilah kenyataanya. Suatu aktivitas yang menjadi "tidak penting" seperti yang saya tulis di atas dikarenakan aktivitas tersebut menjadi sebuah rutinitas yang memang sederhana, seperti ; menyisir, memakai baju, mandi, make up dan bercermin, memasukan makanan ke mulut, mengangkat gelas, menutup/membuka pintu, dll,.


Setiap dari kita pernah bercermin atau malah setiap hari kita pasti bercermin layaknya manusia normal modern lainnya.


Mungkin anda bertanya-tanya, apa yang akan dibahas dalam hal bercermin? atau apaan sih bercermin yah bercermin saja! mungkin anda akan berkomentar seperti ini. Namun menurut saya, bercermin sebenarnya  bukanlah hal rutinitas sederhana yang biasa, karena ada hal luar biasa di balik cermin itu sendiri.

Saya mendapat pemikiran tentang cermin ini ketika saya sedang becermin di rumah, atau lebih tepatnya di dalam kamar pribadi saya. Seperti biasa setelah selesai mandi maka saya akan mulai menata rambut saya di depan cermin dan ini telah menjadi sebuah rutinitas bagi saya sejak saya kecil. Namun setelah beberapa saat saya bercermin maka saya mulai mendapatkan sesuatu yang unik karena saya cukup terkejut dengan pemahaman yang baru yang saya namakan sisi lain dari dunia cermin.

Ya.. saya terkejut setelah saya benar-benar menyadari bahwa ternyata apa yang ada di dalam cermin sama persis dengan apa yang ada di dunia yang kita tempati. Lalu dari sini saya mulai berpikir sesuatu, bahwa di dalam cermin juga ada kehidupan, namun akhirnya saya meralat pernyataan saya tersebut menjadi sebuah pertanyaan yaitu Yang manakah dunia kehidupan yang sebenarnya? duniaku atau dunia di dalam cermin?, saya yang sedang bercermin atau bayangan di dalam cermiin yang sedang bercermin, apakah ia yang bayangan atau kita yang menjadi bayangan???

Karena di dalam dunia ini tidak ada yang pasti, bahkan kita tidak pernah tahu tentang sesuatu yang ada itu apakah nyata atau tidak. Karena dalam kehidupan kita pun tidak pernah ada sesuatu yang abadi, dan segala sesuatu yang tidak mungkin pun bisa terjadi. Seperti jiwa menurut plato yang mempengaruhi jasad lalu apakah jiwa itu berbentu??? apakah jiwa itu ada??? yang pasti jiwa mengendalikan jasad ketika hidup.


Mungkinkah ternyata kita adalah bayangan yang hidup di dalam cermin????? 

oleh : Nadi admaka