Total Tayangan Halaman

Jumat, 09 Desember 2011

Iman dan Logika

Dalam hidup ini kita tidak pernah bisa lari dari yang namanya masalah. Namun sadarkah anda bagaimana anda bisa merasakan namanya mujizat dan bisa sangat mensyukurinya jika tidak ada masalah. Anda bisa sangat bersyukur ketika anda keluar dari sebuah masalah yang anda hadapi. sederhananya adalah seperti ini, bagaimana anda bisa merasakan luar biasa rasanya duduk, jika anda tidak pernah merasakan berjalan jauh atau berdiri terlalu lama.

Namun yang paling penting dari itu semua adalah bagaimana anda bisa melewati masalah anda, bagaimana anda bisa bertahan dalam proses kehidupan ini?


Sering kali orang ketika menghadapi masalah adalah mengeluh lalu berpikir negatif lalu mulai tidak percaya diri dan akhirnya menyerah. Saya rasa semua orang pun pernah mengalami berpikir negative bahkan saya katakan sangat wajar jika orang berpikir negative saat ada masalah. Namun tahukah anda dengan anda berpikir negative dan mengeluh sebenarnya anda sudah menghilangkan kemungkinan untuk mencapai keberhasilan.

Saya juga pernah memiliki masalah, bahkan bisa dibilang saya yang dulu adalah orang yang sangat negative thinking (berpikir negative) dan paling sering mengeluh. Mungkin kalau ada kompetisi saya bisa mendapat gelar MASTER.

Namun akhirnya suatu hari Tuhan memberikan saya hikmat untuk masalah ini. Ternyata semua hal ini ada kuncinya. Ada 2 point penting yang harus anda lakukan yaitu
1. Jangan mengeluh melainkan paksakan mulut dan hati anda untuk bersyukur.
2. Paksakan pikiran anda untuk berpikir positif.

Untuk bisa berpikir positif anda harus memaksanya - Nadi admaka -

Untuk hasilnya baik atau tidak baik itu urusan nomor 2, namun lucunya dan biasanya ketika melakukan 2 hal ini, kita lebih bisa mencari solusi dan sepertinya (menurut pengalaman saya) Tuhan lebih mau turun tangan untuk membantu.

2 hal di atas di sebut dengan Iman. Iman yang kuat adalah keyakianan akan sebuah keberhasilan yang positif walaupun kemungkinannya sangat kecil atau bahkan 0 (nol). Namun inilah iman yang dapat memindahkan gunung, jika dalam kehidupan modern sekarang melakukan sesuatu yang ajaib.

Namun Iman yang besar dan kuat seperti ini dikatakan sebagai hal bodoh bagi masyarakat kebanyakan. Mereka mengatakan bodoh karena menurut mereka itu tidak masuk dalam logika mereka, dan sangat tidak mungkin.

Namun tahukah anda bahwa segala hal luar biasa yang ada di era yang luar biasa ini semua adalah berawal dari hal yang tidak masuk logika. Benda besi yang sangat berat dan besar bisa terbang dan ada yang mengapung di air bahkan membawa banyak sekali manusia, manusia mendarat di luar angkasa, dsb.

Imanmu menentukan bagaimana akhir dari apa yang anda lakukan.

By Nadi admaka

Kamis, 08 September 2011

Kitab Pengkhotbah

Kitab Pengkhotbah

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari

Pengkhotbah
Alkitab Ibrani
Tanach.jpg
Portal Yahudi
Portal Kristen
Kitab Pengkhotbah adalah bagian dari Alkitab Perjanjian Lama. Judul ini berasal dari bahasa Ibrani: קוהלת (Qohelet). Dasar kata ini adalah קהל (Qahal), yang berarti "perhimpunan". Kata Qohelet inilah yang diterjemahkan menjadi "Pengkhotbah" yang menyiratkan fungsi keagamaan. Namun demikian isi Kitab ini tidak mencerminkan fungsi tersebut. Karena itu, sebagian para sarjana mengusulkan guru sebagai terjemahan alternatif, meskipun kata ini pun tidak berhasil sepenuhnya menangkap gagasan dasar yang dikandung dalam istilah bahasa Ibraninya. Dalam Alkitab Bahasa Indonesia Sehari-hari (BIS), kata qohelet dalam teks diterjemahkan menjadi 'Sang Pemikir'.
Sang Pengkhotbah secara harafiah adalah seseorang yang berkhotbah kepada pertemuan ini. Dalam bahasa Inggris, kitab ini disebut Ecclesiastes yang berasal dari bahasa Yunani dalam kitab Septuaginta (LXX): Εκκλησιαστής. Kata ini berasal dari kata Yunani: Εκκλησία (Gereja/jemaat). Artinya tetap saja sama, seseorang yang berkhotbah pada sebuah pertemuaan.
Kitab Pengkhotbah berisi buah pikiran dari 'Sang Pemikir'. Ia merenungkan secara dalam-dalam betapa singkatnya hidup manusia ini, yang penuh pertentangan, ketidakadilan dan hal-hal yang sulit dimengerti.
Maka disimpulkannya bahwa "hidup itu sia-sia". Ia tak dapat memahami tindakan Tuhan dalam menentukan nasib manusia. Tetapi meskipun demikian, dinasehatinya orang-orang untuk bekerja dengan giat, dan untuk sebanyak mungkin dan selama mungkin menikmati pemberian-pemberian Tuhan.
Kebanyakan dari buah pikiran Sang Pemikir itu bernada sumbang, bahkan putus asa. Tetapi kenyataan bahwa buku ini termasuk dalam Alkitab, menunjukkan bahwa iman yang mendasarkan Alkitab cukup luas untuk mempertimbangkan juga keragu-raguan dan keputusasaan semacam itu.
Banyak orang yang telah membaca kitab ini merasa terhibur, karena mereka seolah-olah melihat sifat-sifat mereka berdiri di dalam kitab Pengkhotbah ini. Mereka pun sadar bahwa Alkitab yang mencerminkan pemikiran-pemikiran yang sumbang itu, juga memberi harapan tentang Tuhan, harapan yang memberi arti kehidupan yang sebenarnya.
Berdasarkan Pengantar Alkitab Lembaga Alkitab Indonesia, 2002

Daftar isi

[sembunyikan]

[sunting] Pengkhotbah di dalam Kanon

Kitab Pengkhotbah merupakan satu dari lima gulungan (Megillot) yang dibaca pada hari raya Pondok Daun.[1] Di dalam kanon [Alkitab Ibrani], kitab ini termasuk dalam bagian tulisan-tulisan (Yahudi: Kethuvim) dan berada pada urutan ke-6 dari bagian tersebut.[2] Kemudian di dalam kanon lainnya, seperti Septuaginta dan Vulgata (bahasa Latin; kanon Katolik Roma saat ini), terdapat pengelompokkan tulisan-tulisan yang dianggap berasal dari Daud dan Salomo.[3] Dengan demikian urutannya adalah Mazmur, Amsal, Pengkhotbah, Kidung Agung, Kebijaksaan Salomo (dalam kanon Protestan kitab Kebijaksanaan Salomo dianggap Apokrifa).[3] Alasan penempatan ini adalah acuan tak langsung pada Salomo dan adanya tulisan-tulisan hikmat yang dikaitkan dengan nama Salomo.[3] Kelompok ini ditempatkan setelah Mazmur karena tulisan yang dianggap berasal dari Salomo harus ditempatkan setelah tulisan-tulisan yang berasal dari Daud, ayahnya.[3]
Sebenarnya kitab Pengkhotbah ini memiliki kontradiksi-kontradiksi dengan ortodoksi Yahudi saat itu.[1] Karena itulah ada tafsiran yang mengatakan bahwa pasal 12:12-14 merupakan tambahan yang bertujuan mengarahkan kitab ini ke arah ortodoksi, yaitu penerapan hukum Yudaisme.[1] Nampaknya kitab ini berhasil masuk kanon Yahudi karena dianggap berasal dari Salomo.[1]

[sunting] Perdebatan mengenai Pengarang

Secara tradisional pengarang Kitab Pengkhotbah dianggap sebagai Salomo, anak Daud, yang dikenal memiliki hikmat Ilahi.[4] Para penafsir Yahudi tradisional membaca secara harafiah Kitab Pengkhotbah 1:1 dan menerjemahkannya sebagai hasil karangan Salomo.[4] Penafsiran tradisional ini bertahan hingga munculnya metode-metode yang bersifat kritis, baik historis maupun literer, yang melihat inkonsistensi pada beberapa bagian.[4] Ada beberapa alasan yang menunjukkan bahwa penulis kitab ini bukanlah Salomo:

[sunting] Alasan Isi

Pertama-tama, memang nama Salomo tidak pernah dikatakan secara eksplisit dalam seluruh kitab ini.[4] Lalu dalam pasal 1:16 dikatakan bahwa ada orang-orang yang memerintah Yerusalem sebelum Kohelet, padahal hanya ada satu orang yang pernah memerintah Yerusalem sebelum Salomo, yaitu Daud.[4] Kemudian kesan bahwa ada raja atau tokoh kerajaan yang berbicara hanya ada pada pasal 1-2, sedangkan sisanya kesan yang muncul adalah seorang tua yang merenung dan memberi nasihat.[4] Ditambah lagi pada pasal 8:2-8 disinggung mengenai perilaku seorang abdi di depan raja, sehingga bagian itu tentulah pemikiran seorang abdi, bukan raja.[4]

[sunting] Alasan Bahasa

Bahasa senantiasa mengalami perkembangan.[4] Di dalam kitab ini banyak ungkapan yang dipengaruhi oleh bahasa Aram, misalnya sye dari asyer dan illu dari im lo.[4] Padahal pengaruh bahasa Aram terhadap bahasa Ibrani baru dimulai menjelang pembuangan (587/6 SM) hingga menjadi dominan pada masa sesudah pembuangan (538 sM.), dan akhirnya dipakai bersama bahasa Ibrani sebagai bahasa pergaulan untuk penduduk Palestina pada zaman Yesus.[4] Selain itu, ungkapan-ungkapan kitab ini juga memiliki banyak kemiripan dengan ungkapan dalam Mishna, yaitu kumpulan hukum lisan Yahudi, dan penulisan Mishna tidak mungkin berdekatan dengan masa Salomo.[4]

[sunting] Alasan Pemikiran

Dalam kitab ini terdapat pengaruh pemikiran Yunani, meskipun tidak perlu menganggap bahwa pengarangnya menganut sebuah pemikiran filsafat Yunani tertentu.[4] Pengaruh pemikiran Yunani mulai tersebar di daerah sekitar Laut Tengah pada zaman Alexander Agung dan sesudahnya.[4]

[sunting] Alasan Gaya Bahasa

Secara kritis-literer, dapat diketahui bahwa ada perubahan narator dalam kitab ini, yaitu pada pasal 1-2 narator seolah mengidentikkan diri dengan Salomo, namun setelah itu narator seolah menjadi tokoh tua yang dikatakan sebelumnya.[4] Kemudian secara kritis-historis juga dapat ditemukan bahwa gaya menokohkan tokoh kerajaan yang terkenal, merupakan peniruan terhadap seni sastra Mesir kuno yang selalu merujuk kata-kata bijaksana ke seorang raja termashyur di masa lalu.[4]

[sunting] Waktu Penulisan

Mengenai waktu penulisan, ada berbagai pendapat yang berbeda.[3] Akan tetapi secara umum ada konsensus antara para ahli bahwa waktu penulisan Kitab Pengkhotbah adalah di antara tahun 400-200 sM.[5][3] Alasannya, kitab ini ditulis setelah pembuangan dan juga setelah mendapat pengaruh filsafat Yunani sehingga diperkirakan ditulis setelah tahun 400 sM.[3] Sedangkan alasan mengapa tidak mungkin melewati tahun 200 adalah adanya acuan terhadap kitab ini dari Kitab Sirakh (ditulis kira-kira 180 sM.)[3], serta ditemukannya bagian dari kitab ini di antara naskah-naskah Laut Mati yang umurnya diperkirakan berasal dari pertengahan abad ke-2 sM.[1]

[sunting] Referensi

  1. ^ a b c d e (Inggris)Georg Fohrer. 1968. Introduction to Old Testament. Nashville: Abingdon Press. Hal. 334.
  2. ^ (Inggris)Norman K. Gottwald. 1985. The Hebrew Bible: A Socio-Literary Introduction. Philadelphia: Fortress Press. Hal. 884.
  3. ^ a b c d e f g h W.S. Lasor. 2005. Pengantar Perjanjian Lama 2. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hal. 145.
  4. ^ a b c d e f g h i j k l m n o Emanuel Gerrit Singgih. 2001. Hidup di Bawah Bayang-Bayang Maut: Sebuah Tafsir Kitab Pengkhotbah. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
  5. ^ S. Wismoady Wahono.1986. Di Sini Kutemukan. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

referensi web tempat makan sukabumi : http://laponababansukabumi.blogspot.com/?m=1

Kamis, 31 Maret 2011

Sisi lain udang dibalik batu

Jika anda melihat judul yg saya berikan, maka sudah sangat tidak asing lg buat anda. Ini adalah sebuah istilah yg dalam kamus bahasa Indonesia bermaksud ada makna tersembunyi yg seseorang lakukan. Namun suatu hari ktk saya menonton sebuah acara televisi yg dibawakan oleh Deddy Corbuzier saya bisa melihat istilah ini dr sudut pandang yg 1 nya lagi, wkt itu DC memberikan makna yg berbeda mengenai istilah ini yaitu " ada udang dibalik batu berarti selalu ada hal positif yg kt peroleh dari setiap hal negatif yg terjadi pada diri kita".

Lalu kata2 dan istilah ini mengingatkan saya akan buku yg berjudul Cacing dan Kotoran Kesayangannya, yang ditulis oleh seorang biksu yg bernama Ajahn Brahm. Dari banyak kisah yang diajarkan dibuku tersebut ada 1 cerita yang membuat saya benar2 berpikir.

Cerita tersebut mengisahkan bagaimana cara membesuk orang sakit dgn benar. Banyak org saat membesuk org sakit akan menanyakan keadaanya, kenapa bisa sakit, apa kata dokter, dan bagaimana yang dirasakan. Merasa sok akrab, merasa sok perduli dan tahukah anda apa yg anda lakukan tersebut adalah hal yg paling menyakitkan untuk orang yg sakit. Dan ini merupakan sisi lain dari istilah dimana udang dibalik batu menjadi ada batu dibalik udang.. Menurut kita memberikan udang itu nikmat namun trnyata ada batu yg ktk kita gigit udangnya membuat yg makan jd sakit giginya.

~Nadi~

Rabu, 02 Maret 2011

Sihir Cinta

Kata cinta mungkin tdk asing ditelinga kita. Krn kata Cinta sangat2 sering kt dgr baik di lingkungan kt sehari2 sampai acara2 di Televisi hampir sll ada kata cinta di dalamnya. Hingga saking sering & mudahnya orang mengatakan kata Cinta, hingga cinta it mjd sbh hal yg tdk berharga. Sesungguhnya Cinta adalah sesuatu yg sakral, namun anehnya kata Cinta tdk pernah memiliki arti yg sesungguhnya. Namun yg pasti Cinta dapat membuat titik putih di tengah dasar berwarna hitam dan membuat titik hitam di tengah dasar berwarna putih.
-Nadi admaka-

Senin, 31 Januari 2011

Sesuap nasi putih

Dewasa ini mencari tempat makanan yang enak di Jakarta tidak lagi sulit dicari, dimulai dari restaurant-restaurant kelas atas, hingga kafe dan makanan pinggir jalan yang enak dan dengan harga yang lebih terjangkau.
Ketika malam hari kota Jakarta begitu gemerlap. Tempat makan pinggir jalan menjadi pilihan masyarakat, bahkan tempat makan pinggir jalan itu pun ada yang menjadi tempat favourit, misal Seafood di daerah kalimati, seafood dan kerang rebus daerah kemayoran, seafood di daerah ancol, kafe2 untuk tempat nongkrongnya anak muda di daerah PIK, Ayam goreng di Pejagalan, bubur di mangga besar dll.
Makanan-makanan yang disajikan uenak dan lezat namun jg terhitung murah.
Mereka yang hadir dapat menikmati santap malam dengan sangat nikmat, bahkan sering kali karena terlalu bnyk yg dipesan sering kali harus terbuang karena tidak habis. Jika kt melihat hingar bingar ini sepertinya Indonesia sangat "Wah" !
Namun tidak banyak orang tahu dan tidak sadar, bahwa di sisi lain Indonesia ada bbrp penduduk yang begitu miskin, jangankan seafood spt yg kita makan, bahkan utk bisa makan hari ini saja mereka belum tau.. Dan tragisnya kemiskinan penduduk di sisi lain Indonesia ini harus makan nasi aking.
Nasi aking adalah nasi-nasi yang tidak habis dimakan (sisa) dan dibuang oleh orang lain, lalu dikumpulkan semua sisa2 itu lalu dibersihkan, dicuci, dan dijemur.
Lalu setelah kering dimasaka lagi oleh mereka.
Sering kali kita orang kota hanya berpikir tentang diri kita, membuang makanan yang tidak habis dengan santai tanpa rasa bersalah, dan juga kita tidak bersyukur atas pendapatan yang kita berikan untuk dibuang percuma (dibakar) "pada tahun baru atau hari2 perayaan semakin banyak uang yg dimiliki sereorang semakin banyak yg dibakar, maksud saya adalah petasan yang harganya tidak murah."
lebih syukuri ap yang kalian miliki ada uang lebih gunakan untuk menyumbang di hari perayaan saya rasa itu lebih berguna. GBU

Oleh : Nadi admaka

Jumat, 21 Januari 2011

Menangkap sisi lain buku Kartini yang berjudul Habis gelap terbitlah terang

Seperti yang kita ketahui Ra. kartini pernah menulis sebuah buku yang berisi semangat untuk bangsa Indonesia yang berjudul 'Habis Gelap Terbitlah Terang'. mungkin tidak banyak orang tahu kalu judul sebenarnya adalah 'Dari Gelap Menuju Terang'.

Kalu kita membaca judul ini maka kita akan berpikir "benar", karena judul ini beranggapan bahwa gelap=masalah atau kekelaman atau kesedihan, dan terang adalah kebahagiaan atau jalan keluar dari masalah (tapi menurut saya lebih merujuk pada kebahagiaan). Istilah pada judul ini sama dengan sebuah istilah yang juga di pakai menjadi sebuah judul lagu yang dipakai salah satu band ternama di Indonesia, istilah tersebut adalah 'Badai Pasti Berlalu'. Kedua istilah ini benar apa adanya, maksud dan tujuannya juga sangatlah positive.

Saat seseorang seddang dalam masalah biasanya temannya akan bebicara dan menghibur dengan istilah ini atau sejenisnya yang kurang lebih maksud dan tujuannya adalah sama.

Sering kali orang hanya memandang istilah seperti ini dari satu sisi 'Habis Gelap Terbitlah Terang'. Ini memang membangkitkan dan memberikan gairah untuk bangkit dari keterpurukan, namun banyak orang tidak menyadari kelanjutan dari istilah ini, kalau ada gelap menuju terang maka akan ada terang menuju gelap, kita tidak bisa pungkiri ini.

Gelap dan terang tidak pernah bisa menyatu jika ada gelap maka terang tidak di sana, jika terang muncul maka gelap akan menghindar. Istilah ini baik namun juga tetap ada sisi lainnya yang harusnya orang pahami ini. Jika ada orang yang dalam kesedihan maka bersiap-siaplah untuk menerima kebahagiaan, namun orang yang yang sedang dalam kebahagiaan maka harus juga bersiap-siap untuk menerima kesedihan.

Saya mengambil sisi lain dari istilah ini bukan untuk melemahkan namun untuk mempersiapkan.


By : Nadi admaka

Senin, 10 Januari 2011

Mirror

Setiap hari tidak dapat kita pungkiri kita selalu melakukan aktivitas, baik itu aktivitas yang kita anggap "penting" atau juga kita anggap "tidak penting". Untuk aktivitas yang kita anggap penting tentu kita selalu dan akan sangat memperhatikannya dan bahkan sangat memikirkannya, misalkan pekerjaan kita, permasalahan keluarga, target-target kehidupan, sekolah, kuliah, dll

Setiap manusia cenderung memikirkan sesuatu yang mereka anggap penting untuk mereka, setuju atau tidak setuju namun inilah kenyataanya. Suatu aktivitas yang menjadi "tidak penting" seperti yang saya tulis di atas dikarenakan aktivitas tersebut menjadi sebuah rutinitas yang memang sederhana, seperti ; menyisir, memakai baju, mandi, make up dan bercermin, memasukan makanan ke mulut, mengangkat gelas, menutup/membuka pintu, dll,.


Setiap dari kita pernah bercermin atau malah setiap hari kita pasti bercermin layaknya manusia normal modern lainnya.


Mungkin anda bertanya-tanya, apa yang akan dibahas dalam hal bercermin? atau apaan sih bercermin yah bercermin saja! mungkin anda akan berkomentar seperti ini. Namun menurut saya, bercermin sebenarnya  bukanlah hal rutinitas sederhana yang biasa, karena ada hal luar biasa di balik cermin itu sendiri.

Saya mendapat pemikiran tentang cermin ini ketika saya sedang becermin di rumah, atau lebih tepatnya di dalam kamar pribadi saya. Seperti biasa setelah selesai mandi maka saya akan mulai menata rambut saya di depan cermin dan ini telah menjadi sebuah rutinitas bagi saya sejak saya kecil. Namun setelah beberapa saat saya bercermin maka saya mulai mendapatkan sesuatu yang unik karena saya cukup terkejut dengan pemahaman yang baru yang saya namakan sisi lain dari dunia cermin.

Ya.. saya terkejut setelah saya benar-benar menyadari bahwa ternyata apa yang ada di dalam cermin sama persis dengan apa yang ada di dunia yang kita tempati. Lalu dari sini saya mulai berpikir sesuatu, bahwa di dalam cermin juga ada kehidupan, namun akhirnya saya meralat pernyataan saya tersebut menjadi sebuah pertanyaan yaitu Yang manakah dunia kehidupan yang sebenarnya? duniaku atau dunia di dalam cermin?, saya yang sedang bercermin atau bayangan di dalam cermiin yang sedang bercermin, apakah ia yang bayangan atau kita yang menjadi bayangan???

Karena di dalam dunia ini tidak ada yang pasti, bahkan kita tidak pernah tahu tentang sesuatu yang ada itu apakah nyata atau tidak. Karena dalam kehidupan kita pun tidak pernah ada sesuatu yang abadi, dan segala sesuatu yang tidak mungkin pun bisa terjadi. Seperti jiwa menurut plato yang mempengaruhi jasad lalu apakah jiwa itu berbentu??? apakah jiwa itu ada??? yang pasti jiwa mengendalikan jasad ketika hidup.


Mungkinkah ternyata kita adalah bayangan yang hidup di dalam cermin????? 

oleh : Nadi admaka