Ketika media hadir tanpa
didampingi sebuah kebijaksanaan. Oleh : Nadi
admaka
Dalam kehidupan modern seperti
sekarang ini kita bisa berbagi dan mendapatkan informasi apapun dengan sangat
mudah. Salah satu sarana kita mendapatkan dan berbagi informasi adalah media,
seprti televisi, radio, koran, majalah, dan yang paling ngetrend saat ini
adalah internet. Bahkan saking ngetrennya, dunia periklanan di televisi
mengumpamakan kemudahan teknologi dengan hanya berinternet seseorang bisa mendapatkan
makan gratis di sebuah restaurant, seseorang dari kampung bisa naik mobil mewah
ketika sampai di kota. Iklan ini menunjukan kemudahan. Internet sebagai media
kini telah menjadi santapan tidak hanya bagi kelas atas saja, bahkan orang
ndeso pun sudah tau yang namanya internet. Namun pada kenyataanya apakah benar
masyarakat kelas bawah juga telah mengerti dengan yang namanya internet ? Anda
bisa menilainya sendiri.
Media lain yang lebih membaur dengan
masyarakat adalah televisi. Percaya atau tidak ternyata televisi telah banyak
mempengaruhi kehidupan individu. Mengapa tidak, kini kita bisa melihat segala
hal dari berbagai negara, berbagai kisah dan kejadian , berbagai kebudayaan, hanya
dari sebuah kotak kaca berukuran 14”. Bahkan saking canggihnya kehidupan jaman
sekarang, televisi bisa anda bawa kemana-mana, yaitu televisi dalam bentuk
telepon genggam. Hanya dengan sekitar 700ribu rupiah seseorang sudah bisa
mendapatkannya. Salah satu contoh pengaruh yang paling marak saat ini adalah boy band, yang memang mendapat pengaruh
besar dari Korea.
Namun tahukah anda kecanggihan dan
kemodernan yang tidak diimbangi dengan pemberian pemahaman yang baik saat
menggunakannya sangat berbahaya. Efek dari media inilah yang harus diperhatikan.
Jika anda melihat siaran televisi
untuk anak jaman sekarang, tidak lagi seperti ketika saya kecil kira-kira
20tahun yang lalu. Dulu ketika saya menonton film kartun maka ada pesan moral
yang disampaikan secara mendalam. Contohnya film Doraemon yang meningkatkan
imajinasi anak untuk bisa berkarya, film yang lainnya ada Ikyusan yang
mengajarkan seorang anak untuk menjadi anak yang baik dan bijaksana. 2 film ini
menjadi film paling favorit pada jaman saya.
Untuk anak jaman sekarang? Saya rasa film seperti ini
menjadi film yang paling membosankan. Film yang disukai anak-anak saat ini
adalah film kartun yang bertemakan kekerasan, perkelahian, pertarungan,
persaingan, menonjolkan kekuatan, dan ketololan. Ketololan dianggap lucu dan
menarik, karakter si beruang kutub berwarna putih yang memiliki teman seekor
pinguin dan kadal, ketololannya menjadi hal yang luar biasa bagi anak-anak.
Kekuatan dan persaingan dianggap menjadi hal yang patut dilakukan untuk menjadi
orang yang terbaik, hingga akhirnya kesan kekerasan menjadi hal yang boleh
dilakukan. Hal-hal di atas tidak hanya ada pada film kartun, hal seperti ini
juga ada pada film-film orang dewasa, sinetron, serial drama asia yang juga
penuh dengan intrik dan penuh dengan perselingkuhan, dsb. Inilah yang
dipertontonkan oleh dunia pertelevisian saat ini. Bayangkan jika anda dicekoki
hal seperti ini sejak anda kecil sampai dewasa, bahkan setiap hari. Jadi tidak
heran jika anda melihat anak anda bergayakan seorang yang sedang berkelahi saat
ia sedang bermain dan tidak heran jika banyak sekali terjadi keributan rumah
tangga, karena dipicu rasa curiga satu dengan yang lainnya serta maraknya kasus
perselingkuhan yang akhirnya menjadi kenyataan.
Selain acara hiburan dari televisi,
acara berita seperti bedah kasus atau rekonstruksi sebuah kasus kejahatanpun
bisa menjadi hal yang berefek buruk. Contohnya seperti kasus pemerkosaan dan
pembunuhan diangkot. Kasus ini diulang-ulang beritanya oleh hampir semua
stasiun tv. Setiap hari. Bahkan rekonstruksinya ditunjukan dengan begitu detail
di televisi. Lucunya setelah kejadian ini muncul kejadian serupa, yang berulang.
Mengapa demikian?
Sebenarnya hal ini bisa dijelaskan,
karena secara Psikologi sesuatu yang diulang-ulang akan masuk ke dalam ingatan jangka panjang.
Jadi ketika seseorang menyaksikan siaran rekonstruksi di televisi, sebenarnya
tanpa mereka sadari hal tersebut telah masuk ke dalam ingatan bawah sadarnya
dan jika suatu saat kondisi psikologisnya sedang tidak stabil, bisa saja ingatan
itu muncul kepermukaan, dan bisa saja apa yang ada di ingatannya itu
direalisasikan. Selain itu sebenarnya setiap individu mengalami yang namanya
proses belajar.
Bahkan menurut salah satu teori psikologi, ada proses belajar
yang disebut imitation (meniru), dan
seseorang cenderung lebih mengikuti dari apa yang mereka lihat secara visual,
seperti ketika menyaksikan televisi. Maka itu tidak heran jika anak yang terlalu
sering menonton televisi, bertingkah sperti karakter dalam film tersebut dan
ketika satu kasus kejahatan terungkap, akan muncul kejahatan serupa. Seolah
memiliki efek domino. Maka itu masih banyak hal yang perlu diperbaiki oleh pemerintah
untuk media. Jika pemerintah belum bisa, paling tidak kita bisa membantu orang
terdekat kita atau minimal diri sendiri.
Di tulis oleh :
Nadi admaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar