Total Tayangan Halaman

Minggu, 11 Maret 2012

Ketika media hadir tanpa didampingi sebuah kebijaksanaan.


Ketika media hadir tanpa didampingi sebuah kebijaksanaan. Oleh : Nadi admaka
Dalam kehidupan modern seperti sekarang ini kita bisa berbagi dan mendapatkan informasi apapun dengan sangat mudah. Salah satu sarana kita mendapatkan dan berbagi informasi adalah media, seprti televisi, radio, koran, majalah, dan yang paling ngetrend saat ini adalah internet. Bahkan saking ngetrennya, dunia periklanan di televisi mengumpamakan kemudahan teknologi dengan hanya berinternet seseorang bisa mendapatkan makan gratis di sebuah restaurant, seseorang dari kampung bisa naik mobil mewah ketika sampai di kota. Iklan ini menunjukan kemudahan. Internet sebagai media kini telah menjadi santapan tidak hanya bagi kelas atas saja, bahkan orang ndeso pun sudah tau yang namanya internet. Namun pada kenyataanya apakah benar masyarakat kelas bawah juga telah mengerti dengan yang namanya internet ? Anda bisa menilainya sendiri.

Media lain yang lebih membaur dengan masyarakat adalah televisi. Percaya atau tidak ternyata televisi telah banyak mempengaruhi kehidupan individu. Mengapa tidak, kini kita bisa melihat segala hal dari berbagai negara, berbagai kisah dan kejadian , berbagai kebudayaan, hanya dari sebuah kotak kaca berukuran 14”. Bahkan saking canggihnya kehidupan jaman sekarang, televisi bisa anda bawa kemana-mana, yaitu televisi dalam bentuk telepon genggam. Hanya dengan sekitar 700ribu rupiah seseorang sudah bisa mendapatkannya. Salah satu contoh pengaruh yang paling marak saat ini adalah boy band, yang memang mendapat pengaruh besar dari Korea.

Namun tahukah anda kecanggihan dan kemodernan yang tidak diimbangi dengan pemberian pemahaman yang baik saat menggunakannya sangat berbahaya. Efek dari media inilah yang harus diperhatikan.
Jika anda melihat siaran televisi untuk anak jaman sekarang, tidak lagi seperti ketika saya kecil kira-kira 20tahun yang lalu. Dulu ketika saya menonton film kartun maka ada pesan moral yang disampaikan secara mendalam. Contohnya film Doraemon yang meningkatkan imajinasi anak untuk bisa berkarya, film yang lainnya ada Ikyusan yang mengajarkan seorang anak untuk menjadi anak yang baik dan bijaksana. 2 film ini menjadi film paling favorit pada jaman saya.

Untuk anak  jaman sekarang? Saya rasa film seperti ini menjadi film yang paling membosankan. Film yang disukai anak-anak saat ini adalah film kartun yang bertemakan kekerasan, perkelahian, pertarungan, persaingan, menonjolkan kekuatan, dan ketololan. Ketololan dianggap lucu dan menarik, karakter si beruang kutub berwarna putih yang memiliki teman seekor pinguin dan kadal, ketololannya menjadi hal yang luar biasa bagi anak-anak. Kekuatan dan persaingan dianggap menjadi hal yang patut dilakukan untuk menjadi orang yang terbaik, hingga akhirnya kesan kekerasan menjadi hal yang boleh dilakukan. Hal-hal di atas tidak hanya ada pada film kartun, hal seperti ini juga ada pada film-film orang dewasa, sinetron, serial drama asia yang juga penuh dengan intrik dan penuh dengan perselingkuhan, dsb. Inilah yang dipertontonkan oleh dunia pertelevisian saat ini. Bayangkan jika anda dicekoki hal seperti ini sejak anda kecil sampai dewasa, bahkan setiap hari. Jadi tidak heran jika anda melihat anak anda bergayakan seorang yang sedang berkelahi saat ia sedang bermain dan tidak heran jika banyak sekali terjadi keributan rumah tangga, karena dipicu rasa curiga satu dengan yang lainnya serta maraknya kasus perselingkuhan yang akhirnya menjadi kenyataan.

Selain acara hiburan dari televisi, acara berita seperti bedah kasus atau rekonstruksi sebuah kasus kejahatanpun bisa menjadi hal yang berefek buruk. Contohnya seperti kasus pemerkosaan dan pembunuhan diangkot. Kasus ini diulang-ulang beritanya oleh hampir semua stasiun tv. Setiap hari. Bahkan rekonstruksinya ditunjukan dengan begitu detail di televisi. Lucunya setelah kejadian ini muncul kejadian serupa, yang berulang.

Mengapa demikian?

Sebenarnya hal ini bisa dijelaskan, karena secara Psikologi sesuatu yang diulang-ulang  akan masuk ke dalam ingatan jangka panjang. Jadi ketika seseorang menyaksikan siaran rekonstruksi di televisi, sebenarnya tanpa mereka sadari hal tersebut telah masuk ke dalam ingatan bawah sadarnya dan jika suatu saat kondisi psikologisnya sedang tidak stabil, bisa saja ingatan itu muncul kepermukaan, dan bisa saja apa yang ada di ingatannya itu direalisasikan. Selain itu sebenarnya setiap individu mengalami yang namanya proses belajar. 

Bahkan menurut salah satu teori psikologi, ada proses belajar yang disebut imitation (meniru), dan seseorang cenderung lebih mengikuti dari apa yang mereka lihat secara visual, seperti ketika menyaksikan televisi. Maka itu tidak heran jika anak yang terlalu sering menonton televisi, bertingkah sperti karakter dalam film tersebut dan ketika satu kasus kejahatan terungkap, akan muncul kejahatan serupa. Seolah memiliki efek domino. Maka itu masih banyak hal yang perlu diperbaiki oleh pemerintah untuk media. Jika pemerintah belum bisa, paling tidak kita bisa membantu orang terdekat kita atau minimal diri sendiri.

Di tulis oleh :
Nadi admaka

referensi tempat makan di Sukabumi : http://laponababansukabumi.blogspot.com/?m=1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar